PENDALAMAN NILAI-NILAI CREDIT UNION
- Alexander Akbar Roby A.
- 14 Jul
- 4 menit membaca

Hari itu, Minggu, 6 Juli 2025, bertempat di Puri Jaya Hotel, Jakarta, para Komite Pemberdayaan dan Koordinator Territory (KOTER) yang berasal dari 9 Kantor Pelayanan yang tersebar di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi mengikuti Pendidikan Pendalaman Nila-Nilai Credit Union. Fasilitator dalam kegiatan ini adalah Melianus Mau Leon yang juga Penasihat Credit Union Bererod Gratia.
Sebagai Pilar dalam Credit Union, Pendidikan menjadi penting bagi Aktivis dan Anggota untuk memahami Credit Union dari setiap dimensi. Menurut Hans Jonas (K. Bertens, Etika, Edisi Revisi, 2013) , nilai adalah the addressee of a yes, “sesuatu yang ditujukan dengan ‘ya’ kita”. Nilai adalah sesuatu yang kita iakan atau kita aminkan.
Nilai masa kini tersirat dalam setiap ucapan ulang tahun Gen Z “semogamu kuaminkan”. Semoga yang kita harapkan tentu bermacam-macam, bersifat umum dan memainkan peranan dalam hidup banyak orang, seperti Kesejahteraan, Kesehatan, Moral, dan Estetika.

Misi Sejati Credit Union
*Misi Ekonomi
Dua misi sejati yang ingin diwujudkan F.W. Raiffeisen adalah misi ekonomi dan misi sosial atau secara umum diterjemahkan sebagai kesejahteraan dan nilai moral. “CU tidak boleh membatasi dirinya hanya sebagai pemberi pinjaman. Tujuan utama Credit Union adalah mengontrol penggunaan uang, memperbaiki nilai moral dan fisik setiap orang, serta memberdayakan mereka untuk mandiri”.
Kesejahteraan menjadi cita-cita setiap insan sehingga sering digunakan sebagai materi kampanye ibarat cinta yang tak kunjung datang oleh para politikus di Negeri Konoha, ya sejahtera itu mudah diucapkan tetapi sulit diwujudkan, berbeda dengan F.W. Raiffeisen, Wali Kota Weyerbusch, Flammersfeld, dan Heddesdorf yang berupaya untuk mensejahterakan masyarakat melalui berbagai cara mulai dari mengumpulkan makanan, dana, hingga orang miskin bersepakat menolong diri sendiri dan sesama melalui Credit Union.
Aktivis Credit Union seyogyanya memahami tingkat ketimpangan pendapatan pada suatu wilayah dimana ia berada, maka pemahaman tentang Gini Ratio menjadi penting bagi garda terdepan sebagai bekal dalam perjalanan menuju rumah kesejahteraan. Corrado Gini, seorang ahli statistik Italia, pada tahun 1912 menciptakan sebuah ukuran yang dapat menggambarkan distribusi pendapatan atau kekayaan dalam suatu populasi dengan lebih akurat. Latar belakang Corado Gini menciptakan ukuran ini adalah ketimpangan ekonomi, kritik terhadap ukuran sebelumnya, dan pengembangan kurva Lorenz. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 dan 1, di mana 0 menunjukkan distribusi pendapatan atau kekayaan yang sempurna (sama rata) dan 1 menunjukkan distribusi pendapatan atau kekayaan yang sangat tidak merata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Gini Rati Indonesia pada tahun 2024 sebesar 0,381. Terdapat 7 provinsi dengan Gini Ratio di atas Gini Ratio Indonesia adalah Papua Barat, Papua, Gorontalo, Papua Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan DK Jakarta. Gini Ratio terendah tercatat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,235 dan Gini Ratio tertinggi tercatat di Provinsi DK Jakarta sebesar 0,431. Pepatah kuno “Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin” pernah diungkapkan oleh Percy Bysshe Shelley dalam esainya A Defence of Poetry tahun 1821, relate banget dengan kondisi hari ini.
Kesejahteraan menjadi Nilai yang ingin dicapai, semua orang ingin sejahtera (value), semua orang tidak ingin miskin (disvalue), namun kemiskinan bisa saja sengaja dicipatkan melalui sistem ekonomi, atau sering dikenal dengan kemiskinan struktural. Pendidikan, harga diskon, bunga simpanan tinggi, hanya mampu didapatkan oleh mereka yang memiliki banyak modal. Credit Union menjadi pilihan baik untuk keluar dari kemiskinan melalui akses Pendidikan dan pemberdayaan dengan modal yang murah.
*Misi Sosial
Memberdayakan anggota dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dengan membangun solidaritas menjadi bagian penting dalam mewujudkan misi sosial. Nilai moral secara eksplisit muncul dalam pernyataan F.W. Raiffeisen, sangat menarik untuk didalami.
Mengutip K. Bertens, Etika, Edisi Revisi, 2013, Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai jenis lainnya. Setiap nilai dapat memperoleh suatu “bobot moral”, bila diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Kejujuran, misalnya, merupakan suatu nilai moral, tetapi kejujuran itu sendiri “kosong”, bila tidak diterapkan pada nilai lain, seperti umpamanya nilai ekonomis. Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada nilai-nilai lain, namun ia tampak sebagai suatu nilai baru, bahkan sebagai nilai yang paling tinggi. Nilai moral tidak terlepas dari kebebasan moral, artinya sesesorang melakukan suatu perbuatan baik karena kehendak bebas, secara suka rela (voluntary).
Menjadi anggota Credit Union yang sejahtera adalah misi ekonomi, tetapi sejahtera dengan cara yang jujur, Integritas, saling perduli, kerjasama, demokratis, transparan, solidaritas, tidak menjadi pelaku kredit lalai, menabung dengan rutin, dan perbuatan baik lainnya, inilah yang dimaksud dengan misi sosial (nilai moral). Ketika merasakan bahwa Credit Union adalah kendaraan menuju kesejahteraan, maka dengan suka rela, dengan kehendak bebas mengajak mereka yang lain untuk sejahtera bersama, atas dasar perbuatan baik.

Kata Mereka
Ketika para peserta diminta fasilitator untuk membagikan pengalaman mereka tentang Credit Union Bererod Gratia, aura antusias sangat tinggi, secara bergantian berbagi kisah, bukan tentang sinetron cinta eros, philia, atau agape, tetapi cerita dari hati yang amat menginspirasi bagi para CUBINERS
Edy Santoso, seorang KOTER dari Kantor Pelayanan Pasar Kemis yang menceritakan pengalamannya ketika membeli sebuah mesin untuk usaha, dan diberi judul mesin mencicil mesin, karena memulai dari satu mesin menjadi banyak mesin.
Berbeda dengan Nuriati Silaban, KOTER asal Kantor Pelayanan Bantar Gebang, yang membagikan pengalamannya tentang seorang Ibu Rumah Tangga yang dapat menyekolahkan anak, memiliki rumah, dan fasilitas penunjang kesejahteraan lainnya.
Pengalaman inspiratif lainnya juga datang dari Warti Sugiharti, KOTER dari Kantor Pelayanan Kampung Sawah yang merasa bahagia menolong tetangganya. Ia merekrut lebih dari 130 orang dalam kurun waktu dua tahun, semua itu semata karena ingin menolong mereka yang kesulitan akses modal dan korban lintah darat, sehingga pada akhirnya mereka dapat memiliki usaha sendiri dan terus berkembang. Warti CUBG seolah menjadi branding di lingkungannya, dari sebelumnya dia yang mencari kini dia yang dicari para calon anggota untuk sejahtera bersama.
Dari kata mereka pada akhirnya menjadi jawaban refleksi tentang pengalaman sebagai aktivis Gerakan Credit Union, bahwa benar Credit Union adalah sebuah pilihan yang memandirikan, bernilai luhur, transfromasi sosial, dan Gerakan yang membebaskan.
Komentar